Breaking

Senin, 25 November 2019

Australia Dukung Kedaulatan Indonesia atas Papua

Australia Dukung Kedaulatan Indonesia atas Papua

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan menyatakan bahwa negaranya tetap konsisten mendukung integritas nasional dan teritorial Indonesia, termasuk soal Papua. Kedua negara saat ini memasuki usia hubungan diplomatik yang ke-70 tahun pada 27 Desember mendatang. Quinlan menyampaikan hal tersebut kepada sejumlah jurnalis usai membuka pameran sejarah hubungan RI-Australia bertajuk “Two Nations: a Friendship is Born” di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (13/11).
.
“Ya,” ucap Quinlan ketika ditanya perihal konsistensi dukungan Australia atas kedaulatan dan integritas teritorial Indonesia. “Itu berlaku untuk seluruh wilayah archipelago Indonesia, termasuk Papua,” sambung sang duta besar. Dukungan itu, kata Quinlan, termasuk yang diutarakan terbaru oleh PM Australia, Scott Morrison saat bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo pada sela-sela KTT ASEAN+ di Bangkok awal November 2019.
.
“Itu merupakan komitmen serius. Kami rasa, dukungan Australia merupakan hal penting bagi stabilitas di Indonesia dan kawasan di mana kita hidup bersama,” kata Quinlan. Komitmen itu datang ketika sejumlah anggota Parlemen Australia dikabarkan vokal menyuarakan keprihatinan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Papua selama periode ketegangan dan konflik terbaru pada pertengahan 2019 lalu.
.
“Australia merupakan pendukung utama Indonesia saat masih berjuang meraih kemerdekaan pasca-1945,” kata Dubes Gary Quinlan. Hal itu termasuk membantu dalam bernegosiasi dengan komunitas internasional dan PBB, hingga secara formal diakui dunia pada 1949. “Kami selalu bersama Anda, mendukung hak menentukan nasib sendiri masyarakat Indonesia bagi masa depan mereka,” ungkapnya.
.
Dukungan Australia tidak hanya bergerak pada level politik saja, tapi juga menjangkau tataran komunitas lokal di Negeri Kanguru. Quinlan mencontohkan gerakan protes Black Armada atau Armada Hitam 1945-1949, ketika para pelaut Indonesia di Australia, terutama di Sydney, menggelar aksi mogok. Mereka menolak mengantarkan kargo (termasuk persenjataan) milik Belanda yang hendak menyuplai pasukannya untuk kembali mengolonisasi Indonesia pasca-proklamasi. Pemogokan itu dikenal dalam historiografi sebagai fenomena ‘Black Ban(s)’.
.
“Serikat Buruh Australia kemudian ikut mendukung Black Ban yang dilakukan kapal-kapal tersebut,” kata Quinlan, yang menambahkan bahwa sejak itu, mayoritas pelabuhan di Australia menerapkan Black Ban terhadap Belanda. Ada 34 serikat buruh di Australia yang mendukung aksi boikot, termasuk empat yang merupakan serikat buruh asing di Australia. Dan 12 negara yang mengikuti jejaknya kemudian mengutip Rupert Lockwood, sejarawan penulis buku ‘Black Armada: Australia and the Struggle for Indonesian Independence’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar