Breaking

Jumat, 06 Desember 2019

Masyarakat Papua Dengan Tegas Menolak Keberadaan KKB Di Wilayahnya

Masyarakat Papua Dengan Tegas Menolak Keberadaan KKB  Di Wilayahnya

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua hinga kini terus melancarkan aksinya, mereka tak segan untuk melakukan tindakan kriminal yang keji terhadap masyarakat Papua, yang notabene adalah saudaranya sendiri.

Aksi kriminal dan tindakan keji itu merupakan stigma yang melekat pada kelompok separatis Papua. Mereka tidak hanya dimusuhi masyarakat Papua, tetapi juga Papua Nugini.
Keberadaan merekapun mendapatkan penolakan secara terang-terangan oleh sejumlah Tokoh Masyarakat di Papua.

Ray Tanji, yang merupakan tokoh masyarakat di Wutung, Vanimo, Propinsi West Sepik yang berbatasan langsung dengan distrik Skouw, Jayapura, Indonesia, meminta aparat berwenang untuk memulangkan KKB Papua Merdeka ke wilayah Jayapura.

Ray Tanji menyatakan bahwa kehadiran KKB di Papua Nugini telah menimbulkan banyak masalah bagi warga yang tinggal di perbatasan. Ray meminta kepada pemerintah Papua Nugini untuk menyingkirkan orang-orang KKB dari Vanimo, karena merekalah yang dianggap sebagai pembuat masalah di wilayah perbatasan selama ini.

Pada 1 Oktober lalu, dilaporkan adanya kontak senjata antara aparat militer RI dan elemen yang terkait dengan gerakan Papua Merdeka. Akibat peristiwa itu, pihak berwenang langsung menutup akses perbatasan antara Indonesia – Papua Nugini, di Skouw-Wutung, Distrik Muara Tami, Jayapura.

Sementara itu pada Jumat 04 Oktober 2019 lalu, warga Wutung sepakat untuk mengajukan petisi kepada Pemerintah PNG untuk merelokasi para pengungsi asal Papua yang kini bermukim di Wutung dan wilayah lain di pesisir barat Vanimo.

Petisi tersebut, dimaksudkan untuk mengatasi risiko keamanan bagi para pengungsi dan warga setempat di perbatasan. Warga juga melaporkan kontak senjata antara militer Indonesia dan KKB tersebut terjadi di sekitar Pasar Batas.

Kelompok yang menamakan dirinya West Papuan Revolutionary Army (WPRA) mengaku bertanggungjawab atas kontak senjata tersebut. TNI juga memastikan bahwa pihaknya dapat melakukan langkah persuasif jika kelompok pimpinan KKB tersebut memiliki itikad baik untuk menyerahkan diri dan menyatakan siap bergabung dengan NKRI.

Pergerakan KKB tentu masih akan tetap berjalan, hal itulah yang menyebabkan pasukan TNI akan selalu berada dalam posisi siaga. Pendekatan soft approach dan Hard Approach nampaknya juga perlu optimalkan oleh aparat TNI, mereka yang ingin merdeka atas nama Papua Merdeka, sudah pasti menunjukkan perlawanan terhadap kedaulatan NKRI.

Aparat TNI semestinya dapat mengendus pemasok senjata untuk KKB, dan dapat mempersempit ruang bagi pemasok senjata maupun amunisi bagi KKB sehingga pergerakan organisasi separatis itu tidak kian meresahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar