Breaking

Selasa, 21 Juli 2020

Bram Raweyai Bangun Miracle School di Papua Sebagai Wujud Kepeduliannya Kepada Pendidikan

Melalui pendidikan menjadi kunci utama menuju meraih masa depan lebih baik, Bram Raweyai berinisiatif membangun Play Group (PG) dan SD Miracle School terletak di Jalan Cenderawasih SP 2.

“Papua ini bisa keluar dari keterpurukan karena pendidikan dan ini keyakinan saya dan menjadi tanggung jawab apa yang harus saya buat,” tutur Bram Raweyai kepada wartawan pada Jumat pekan lalu.

Bram menuturkan kehadirannya di Papua khususnya di Timika tidak hanya saja bergerak di bidang berbisnis tapi juga peduli terhadap SDM di Timika.

“Saya cari uang dan berdagang di sini. Saya harus punya rasa tanggung jawab yaitu dengan membuat sekolah ini,” katanya.

Ia menegaskan melalui lembaga pendidikan yang dibukanya dibawah naungan Yayasan Pondok Pemulihan (YPP) sehingga tidak membawa uang keluar tapi bagaimana dirinya berkontribusi di daerah ini dengan membuat sekolah ini. Dan ini menjadi bagian dari tanggung jawabnya.

Ke depan ujarnya, tidak hanya Play Group (PG) dan SD, bisa dibuka hingga tingkat SMA, khusus sekolah perhotelan.

“Kalo SMA, tinggal praktek bisa di sini (Hotel 66) langsung. Sekolah di bawah Yayasan Pondok Pemulihan ini dengan subsidi silang, mampu meringankan biaya pendidikan anak yang tidak mampu. Sehingga ada yang bayar tapi juga gratis,” jelasnya.

Sementara Hengky Puto, Ketua Yayasan Pondok Pemulihan Miracle School saat ditemui di sekolah tersebut mengaku lahan hampir satu hektar merupakan sumbangan dari Bram Raweyai sejak 6 tahun lalu agar dikelola dan bermanfaat bagi orang lain.

“Kebetulan kebutuhan saat itu banyak anak korban konflik di Kwamki Narama dan Jayanti kami kumpul. Awalnya adakan sanggar tari. Nah dari situ bersama beberapa jemaat gereja, katakan bahwa mereka butuh pendidikan,” jelasnya.

Sejak awal mendidik anak-anak OAP, cukup sulit namun setelah berjalannya waktu dan adanya siswa non Papua turut mempengaruhi kepribadian mereka.

“Dulu ada bahkan tidak mandi dan kami yang kasih mandi, tapi sekarang karena ada teman dari suku lain sudah baik, mereka bersih dan pintar-pintar,” ungkap Puto.

Sekolah yang telah mengantongi ijin resmi dari Dinas Pendidikan ini memiliki 16 tenaga guru berasal dari lingkungan Yayasan Bersertifikat Guru. Siswa mulai PG hingga kelas 5 SD sebanyak 230 orang, di mana 70 persen siswanya OAP.

Keunggulan sekolah ini, lanjutnya pada kelas satu sudah bisa membaca, menulis dan menghitung (3M) dengan metode belajar yang mengasyikkan. Sekolah ini juga beberapa kali memperoleh penghargaan pada berbagai lomba Olimpiade.

Untuk fasilitas ruang belajar tersedia enam ruang kelas, meskipun saat ini baru ada kelas 5. Pembelajaran mengikuti kurikulum resmi pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar