Breaking

Rabu, 15 April 2020

DPPAD Bagikan 180 Radio dan 900 Komputer Tablet ke Sekolah di Papua

DPPAD Bagikan 180 Radio dan 900 Komputer Tablet ke Sekolah di Papua 

Dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 sedang terjadi di seluruh dunia membuat seluruh aktivitas harus dilakukan di rumah. Akibatnya, aktivitas sekolah di liburkan. Sehingga proses belajar mengajar terpaksa harus diberhentikan.

Melihat kondisi ini, Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi (DPPAD) Provinsi Papua tak tinggal diam. Menurut Kepala DPPAD Provinsi Papua, Christian Sohilait, pihaknya melakukan berbagai upaya agar generasi muda Papua tak ketinggalan pelajaran.

Pihaknya telah membagikan 180 radio di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan daerah sekitarnya. “Nanti akan kami serahkan ke kepala sekolah untuk didistribusikan ke anak-anak disana. Akan datang lagi ratusan radio kecil bagi anak-anak di daerah pegunungan yang belum dapat,” jelasnya di Kota Jayapura, Papua, Selasa, 14 April 2020.

Tak hanya radio, tapi juga pihaknya akan membagikan komputer tablet untuk anak-anak sekolah. “Saat ini sudah ada 900 komputer tablet tersebar di seluruh sekolah di Papua. Mungkin kami akan dapat bantuan dari pemerintah pusat 10 ribu komputer tablet, tak perlu takut rusak, hilang, silakan dibagikan ke anak-anak,” katanya.

Christian mengimbau kepada seluruh kepala sekolah untuk membagikan komputer tablet itu ke anak-anak. “Sehingga mereka bisa mengakses pembelajaran melalui streaming dan link -link yang ada telah disebarkan. Dan saya harap anak-anak bisa menjaga apa yang dipinjamkan oleh sekolah,” jelasnya.

Nanti akan ada juga buku bacaan yang disiapkan oleh DPPAD Provinsi Papua yang bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada (UGM). Buku-buku itu nantinya akan disebarkan ke sekolah yang belum memiliki jaringan radio dan televisi.

Menurut Christian, 3 hal itu, yakni, pertama informasi tentang Covid-19, agar anak-anak bisa lebih mengetahui lagi dan siapa saja bisa membaca. Lalu kedua, informasi tentang pembelajaran, kalau dia anak SMP, mereka harus tahu pembelajaran tentang anak SMP, hal sama juga untuk SMA.

“Lalu yang ketiga, informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan budaya lokal seperti bakar batu, menghindari salaman, dengan cara tradisional. Hal lokal ini yang dipikir teman-teman UGM sudah mengkonsep,” jelas Christian.

Christian juga mengharapkan offline ini harus jadi. Sebab ketika anak-anak di Jayapura mendapatkan televisi dan radio, maka anak-anak yang ada di Dogiyai, Intan Jaya dan lainnya di wilayah pegunungan tengah Papua, juga perlu informasi terkini. “Ini harus kerja cepat tak bisa lama,” katanya.

Pihaknya ingin informasi dan pembelajaran yang didapatkan di kota harus sama dengan anak-anak yang ada di daerah pegunungan tengah Papua. “Apa yang didapatkan anak-anak di kota harus sama dengan anak-anak yang ada di pegunungan tengah Papua, mereka tak boleh ketinggalan,” tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar