Breaking

Rabu, 11 Maret 2020

Rumah baca berbasis kampung membantu percepatan pembangunan SDM di Papua Barat

Rumah baca berbasis kampung membantu percepatan pembangunan SDM di Papua Barat 

Meski berlatar belakang pendidikan diploma pariwisata, Lamek Dowansiba telah berhasil mendirikan delapan rumah baca untuk anak-anak di kampung di Papua Barat. Agar orang asli Papua tidak ketinggalan di bidang literasi.
.
Langkah maju telah ditunjukkan Lamek Dowansiba, pemuda suku Arfak di Manokwari, karena dalam setahun telah membuka delapan rumah baca di empat kabupaten di Papua Barat.
.
Dowansiba menuturkan upaya meningkatkan minat baca dan pemberantasan melek huruf bagi anak-anak Papua, khususnya di wilayah Papua Barat, bukan semata tanggung jawab pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan swasta lewat pendidikan formal.
.
“Tetapi tanggung jawab moral semua pihak, khususnya anak-anak Papua yang punya bekal ilmu dan impian besar bagi penyelamatan generasinya,” ujarnya.
.
Ia memulai di lingkungan tempat tinggalnya di Kampung Masiepi, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari pada Mei 2019. Dowansiba tergerak membuka satu rumah baca yang diberi nama ‘Tuh Tebej’ atau Rumah Baca Bintang (dalam bahasa Indonesia). Tuh Tebej merupakan bahasa daerah suku Sough, salah satu sub suku besar Arfak di Papua Barat.
.
“Saya mulai dari Kampung Masiepi, kemudian di Kampung Nuni, Mandopi, dan Urondopi di Distrik Manokwari Utara, selanjutnya di Kampung Tanah Merah di Distrik Warmare dan tiga lainnya di Kabupaten Mansel, Bintuni, dan Sorong,” katanya.
.
Dowansiba menilai ada kesempatan yang hilang (lost opurtunity) ketika anak-anak Papua hanya ditempa lewat pedidikan formal di sekolah dengan kurikulum dan waktu yang terjadwal.
.
Pada pendidikan formal anak-anak Papua diwajibkan menerima pelajaran membaca atau mengenal huruf hingga fasih membaca, namun kondisi itu merupakan literasi terapan.
.
Sementara, anak-anak asli Papua masih berada pada posisi literasi dasar atau mengenal huruf. Agar kesempatan itu tidak hilang, maka di lingkungan masyarakat (di luar jam sekolah), anak-anak yang erat dengan bahasa ibu atau bahasa daerah bisa diberi ruang dan waktu untuk belajar mengenal huruf (literasi dasar) lewat rumah baca bentukannya.
.
“Saya termotivasi karena pernah sekolah di pedalaman, sulit peroleh akses buku bacaan dan buku mata pelajaran, inilah yang mendasari saya untuk bertekad dalam gerakan literasi,” katanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar